Jadi hal wajar bila Jogja padat merayap di akhir pekan. Bus pariwisata, mobil plat non AB, bahkan motor-motor dari luar kota mengular menyesaki jalan-jalan Jogja yang ta kunjung bertambah lebar. Lebih tepatnya semakin sempit dengan galian gorong-gorong. Oh iya, ini mendekati bulan Ramadhan. Menjadi pemandangan biasa tiap tahun ada proyek-proyek “sangu” lebaran. Hehehehe…namanya juga “proyekan”.
Tapi bukan itu yang hendak saya tulis kawan. Tapi sisi maknyus dari Pasar Beringharjo, my second office kalo bahasa menterangnya. Bagaimana tidak? Hampir tiap hari saya ngantor di sini. Entah itu setor barang atau barter dengan simbah-simbah penjual rempah. Yaps, meski cowok tapi saya punya banyak fans di sini. Terutama simbah-simbah kuli gendong, duh rada kasar, tapi saya pun belum nemu kata yang paling pas. Saya sangat menghormati beliau-beliau, di usia senja masih bekerja keras. Pantang meminta-minta, kontras sekali dengan pengemis-pengemis muda di perempatan. Duh! Pernah sekali saya memberi uang secara cuma-cuma. Tegas beliau menolak. Kalo di pake jasanya baru OK, sejak itu meski saya masih kuat sering memakai jasa mereka. Untuk bantu bawa barang-barang ringan di bawah 5 kg. Extra tips tentunya, mereka pun bahagia…. Continue reading