Sepertinya lucu juga ketika saya menulis judul posting ini. Mengapa? Lha wong saya sendiri belum menikah. Tapi entah mengapa begitu kuat keinginan untuk menulisnya. Mungkin didasari oleh keinginan pribadi berdasarkan beberapa pengalaman orang-orang terdekat saya. Barusan saya mendapatkan BBM dari customer saya. Langsung saya capture dengan aplikasi screen grabber dari Blackberry.
Yap, intinya barusan reseller saya, sebut saja namanya Ninda memenangkan kompetisi online dan mendapatkan reward USD 400. Wow…Alhamdulillah…
Bagaimana ceritanya?
Dua hari lalu Ninda menghubungi saya via BBM, “Mas, maaf yah barang pesenan lama gag ta ambil. Masi ada kan? Nanti malam bisa ketemuan di kota (Jogja_red). Di tempat biasa ya mas…” Sudah menjadi kebiasaan untuk transaksi dengan Ninda dilakukan di kota, selain rumahnya jauh di ujung utara Jogja sementara saya di ujung selatan Jogja, biasanya ketemuan di jadikan ajang tukar pikiran atau sekadar diskusi bertiga. Lho siapa satunya? Sebut saja mas Bayu, seorang web content freelancer, calon suami Ninda. Saya dan mas Bayu cocok karena sama-sama suka terhadap dunia teknologi dan website.
Kebetulan saya datang pertama kali. Memesan makanan kemudian memilih tempat duduk di teras. Menikmati romantisme malam di Jogja sekalian memudahkan melihat jika mereka datang. Lima menit kemudian Ninda datang, memesan bento kemudian menyusul saya di teras. “Lho mas Bayu mana?” tanyaku. “Masi ada acara di TBY (Taman Budaya Yogyakarta) mas. Nanti juga nyusul kok. Aku dari kantor langsung kesini.” jawab Ninda.
“Mas, next week aku sama mas Bayu nikah. Datang yah. Tapi acaranya di Banjarnegara. Di rumah mas Bayu, kecil-kecilan ajah. Mas masi suka ke Banjarnegara kan?” sambung Ninda. Ninda memang sosok sederhana. Jauh dari yang saya kira sebelumnya. Apa pasal? Continue reading