Puncak dari “konflik batin” yang saya alami adalah rasa tidak peduli. Karuan saja beberapa teman sewot kelabakan saat saya melakukan aksi diam. Kunjungan tinggal 7 hari, saya belum reservasi hotel maupun membuat agenda untuk kunjungan kerja rekan-rekan pengusaha muda ke Singapore. Pokoknya saya akan diam. Ada satu teori yang hendak saya buktikan lagi.
“jika hidupmu ingin teratur, tertibkan hidupmu di hadapan-Nya…“
Sungguh teori yang sukar dicerna secara secara logis. Tapi tak ada salahnya saya coba. Jadual harian saya buat, print pada media kertas besar kemudian saya tempel di dinding dekat meja kerja. Sekilas dilihat mirip jadual pelajaran sewaktu sekolah namun lebih kompleks. Jam berapa saya bangun, jam berapa saya bekerja, jam berapa saya istirahat, dan paling penting jam dimana saya harus “absen langit” di hadapan-Nya. Semua terperinci…dan saya mencoba untuk memberikan punishment jika melanggar. Continue reading →